Senin, 21 Maret 2011

“Penyakit SARS” Merupakan Salah Satu Penyakit Air Born Dieases

1. Pengertian

SARS singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia(CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindromagawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

Coronaviruses adalah sekelompok virus yang memiliki halo atau seperti mahkota (korona) muncul ketika dilihat di bawah mikroskop dan merupakan penyebab umum dari ringan sampai penyakit pernapasan bagian atas-moderat pada manusia dan dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan di mana mereka dapat menyebabkan pernafasan , gastrointestinal, hati dan penyakit neurologis - coronaviruses juga kadang-kadang dikaitkan dengan pneumonia pada manusia, terutama mereka dengan sistem kekebalan yang lemah.

Virus SARS-COV dapat bertahan hidup di lingkungan selama beberapa hari, tergantung pada sejumlah faktor seperti jenis material atau cairan tubuh yang mengandung virus dan berbagai kondisi lingkungan seperti suhu atau kelembaban.
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable”sesuai kriteria WHO.
Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai berikut :
• Demam tinggi (> 38 ⁰C / 100,4 ⁰F) disertai dengan batuk atau mengalamikesulitan bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanandalam 10 hari sebelum timbulnya gejala klinis yaitu :
a. Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderitaprobable SARS (seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh penderita)
b. Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit SARS Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.
Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita suspect sepertI yang disebutkan diatas disertai dengan :
a. Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang ada.
b. Atau ditemukannya coronavirus SARS dengan satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium
c. Atau pada otopsi ditemukan gambaran patologis RDS tanpa sebab yang jelas.

2. Etiologi

Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam temposekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.

3. Patofisiologi

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit.
Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.



4. Tanda dan Gejala

Suhu badan lebih dari 38⁰C, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itubisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS. Gejala lainnya sakitkepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin jugamenurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang.

5. Epidemiologi

Penyakit SARS pertama kali ditemukan di kota Guangzhou, provinsi Guangdong, RRC, pada bulan November 2002. Setelah berjangkit di Hong Kong pada bulan Februari lalu, virus SARS kemudian merambah ke lebih 20 negara di empat benua dengan jumlah penderita 2400 orang sedang korban yang tewas mencapi 800an orang. Sumber penularan global ini bermula ketika seorang dokter asal Guangzhou bernama Prof. dr. Liu Jianlun menginap di Hotel Metropole, Hongkong, setelah sebelumnya menangani sejumlah pasien SARS di rumah sakit kotanya. Di hotel inilah kemudian virus SARS menulari delapan tamu hotel yang menginap di lantai yang sama dengan Prof. Liu, dua tamu di lantai lainnya dan seorang pengunjung melalui perantara lift hotel. Jadi ketika mereka pulang atau pergi ke negara tujuan masing-masing, yakni Singapura, Hanoi, Kanada, AS dan Irlandia, tanpa disadari virus SARS sudah menyerang tubuh mereka. Selanjutnya penyakit ini menulari para kerabat keluarga dan petugas kesehatan di rumah sakit mereka menginap hingga kemudian menyebar ke ribuan tubuh manusia di seluruh dunia.
SARS juga menjangkit Indonesia dan daerah sekitarnya . Pemerintah mengatakan belum ada penularan SARS secara lokal. Kasus yang ada saat itu merupakan orang-orang yang pulang dari negara terjangkit SARS (Hongkong, Singapura, Taiwan ).Seorang warganegara Inggris diduga sangat kuat (probable), dua warganegara Indonesia (WNI) yang baru pulang dari Singapura diduga kuat (suspect) serta 3 orang WNI diduga SARS dirawat di RS Penyakit Infeksi Prof Sulianti Saroso.Juga dilaporkan 6 TKW yang baru pulang dari Hongkong dirawat di RSUD Kendal dengan katagori observasi dan seorang dirawat di RSUD Banyumas karena diduga kuat (suspect) SARS. Seorang TKW yang baru pulang dari Singapura asal Lampung juga diobservasi kemungkinan SARS dan dirawat di RS Abdul Muluk, Bandar LampungSampai dengan 23 Juni 2003 belum ada yang meninggal karena SARS .Sejak redanya berita tentang SARS pertengahan tahun lalu, sampai sekarang belum pernah dilaporkan lagi adanya kasus baru. Walaupun demikian perlu diantisipasi pulangnya para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara besar-besaran dari Malaysia atau negara tetangga lainnya.

6. Penanggulangan SARS

a. Pada Penderita

Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana.
Obat yang dipakai biasanya adalah obat yang mengandung kortikosoid dan antivirus ribavirin. Walaupun demikian, obat ini belum 100% efektif mengobati SARS. Dan sampai saat ini belum ada satu pun obat yang efektif dalam mengobati SARS.
Vaksin SARS sampai saat ini memang belum ditemukan. Akan tetapi, sebenarnya ada enam pendekatan yang dapat dan sebagian telah dicoba untuk menemukan vaksin SARS. Keenam cara itu meliputi penggunaan seluruh tubuh virus yang sudah diinaktifkan/dimatikan (whole inactivated/kill), penggunaan protein virus yang sudah dimurnikan (purified protein/subunit vaccine), penggunaan virus lain yang juga punya pola RNA yang hampir sama dengan virus SARS, penggunaan vaksin DNA, penggunaan virus SARS hidup yang sudah dilemahkan (live attenuated), dan kombinasi dari berbagai teknik di atas.

b. Contant Person

• Personal Hygiene

1. Sering-sering mencuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan beralkohol.
2. Gunakan juga masker penutup hidung untuk melindungi/ mengurangi kemungkinan udaran yang tercemar virus SARS masuk ke dalam sistem pernapasan. Kebiasaan Negara Jepang dalam memakai masker di tempat umum sepertinya memang harus ditiru. Sekali pun sedang tidak menyebar wabah penyakit tertentu.

• Enviroment

Menciptakan sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat, selain itu juga diperlukan pencahayaan yang cukup serta ventilasi udara yang cukup.

• Edukasi

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sumber dan cara penularan penyakit, gejala-gejala dini dan penanganan pertama untuk mencegah kondisi akut. Selain itu juga dapat diadakan acara-acara penyuluhan tentang penyakit SARS ini kepada masyarakat baik tentang penyebaran, gejala-gejala serta cara pencegahan dan pengobatanya.

• Perilaku

Perilaku hidup sehat perlu ditanamkan di diri setiap individu, karena apabila dalam kehidupan sehari-hari perilaku ini sudah diterapkan tentu saja akan terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti SARS.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume3. EGC: Jakarta
Jong, W. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dkk.1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta.
McCloskey&Bulechek. 1996. Nursing Interventions Classifications (NIC). Second edisi. By Mosby-Year book.Inc: Newyork.
http://www.news-medical.net/health/Severe-Acute-Respiratory-Syndrome-%28Indonesian%29.aspx
http://www.depkes.go.id/IND/pengumuman/pedoman spesimen sars.htm


Nama : Umy Astari
Nim : E2A009137
FKM UNDIP

Tugas DPP

“Penyakit Typoid” Merupakan Salah Satu Penyakit Food and Water Born Dieses

1. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella. Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yangdisebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.1999). Salmonela merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella memiliki karakteristik memfermentasikan glukosa dan mannose tanpa memproduksi gas, tetapi tidak memfermentasikan laktosa atau sukrose. Seperti Enterobacteriaceae yang lain Salmonella memiliki tiga macam antigen yaitu antigen O (tahan panas, terdiri dari lipopolisakarida), antigen Vi (tidak tahan panas, polisakarida), dan antigen H (dapat didenaturasi dengan panas dan alkohol). Antigen ini dapat digunakan untuk pemeriksaan penegak diagnosis. (Brooks, 2005).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.


2. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

3. Epidemiologi

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun.
Prevalensi demam typhoid paling tinggi pada usia 15-44 tahun karena pada usia tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memeperhatikan pola makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah , atau jajan di tempat lain ,khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypi banyak berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam typhoid . Pada usia anak sekolah , mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan/hygiene perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam typhoid.
Sedangkan pada anak-anak usia 0-1 tahun prevalensinya lebih rendah karena kelompok umur ini cenderung mengkonsumsi makanan yang berasal dari rumah masing-masing yang tingkat kebersihannya masih cukup baik dibanding yang dijual di warung-warung makanan (makanan yang diberikan dimasak sendiri oleh ibu bayi tersebut). Namun kelompok umur ini tidak dapat terhindar dari penyakit demam typhoid, mungkin salah satu akibatnya adalah tingkat hygine perseorangan dari ibu bayi tersebut. Mungkin ibu bayi tersebut kurang memperhatikan kebersihan makanan yang ia konsumsi, selanjutnya ibu tersebut menderita demam typhoid dan kemudian menularkan pada bayinya melalui makanan yang mengandung bakteri Salmonella thypi.

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinik

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari a. Minggu I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak diperut. b. pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

5. Penanggulangan Demam Typoid

a. Pada Penderita
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.
Selain itu ada juga upaya- upaya yang dapat dilakukan :
• Istirahat dan jangan banyak bergerak, jaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai pasien.
• Diharuskan makan makanan yang lembut (bubur) dan mengandung Vitamin, Protein, Karbohidrat dan lain-lain.
• Hindari makanan yang keras, beraroma pedas dan asam.
• Hindari minuman yang dingin.

b. Contant Person
• Imunisasi
Saat ini sudah tersedia vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular/disuntikkan ke dalam otot. Menurut FDA Amerika, efektivitas kedua vaksin ini bervariasi antara 50-80 %.
Vaksin hidup Ty21A diberikan kepada orang dewasa dan anak yang berusia 6 tahun atau lebih. Vaksin ini berupa kapsul, diberikan dalam 4 dosis, selang 2 hari. Kapsul diminum dengan air dingin (suhunya tidak lebih dari 37 oC), 1 jam sebelum makan. Kapsul harus disimpan dalam kulkas (bukan di freezer). Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada orang dengan penurunan sistem kekebalan tubuh (HIV, keganasan). Vaksin juga jangan diberikan pada orang yang sedang mengalami gangguan pencernaan. Penggunaan antibiotik harus dihindari 24 jam sebelum dosis pertama dan 7 hari setelah dosis keempat. Sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil. Vaksin ini harus diulang setiap 5 tahun. Efek samping yang mungkin timbul antara lain, mual, muntah, rasa tidak nyaman di perut, demam, sakit kepala dan urtikaria.
Vaksin polisakarida Vi dapat diberikan pada orang dewasa dan anak yang berusia 2 tahun atau lebih. Cukup disuntikkan ke dalam otot 1 kali dengan dosis 0,5 mL. Vaksin ini dapat diberikan kepada orang yang mengalami penurunan sistem imun. Satu-satunya kontra indikasi vaksin ini adalah riwayat timbulnya reaksi lokal yang berat di tempat penyuntikkan atau reaksi sistemik terhadap dosis vaksin sebelumnya. Vaksin ini harus diulang setiap 2 tahun. Efek samping yang mungkin timbul lebih ringan dari pada jika diberikan vaksin hidup. Dapat timbul reaksi lokal di daerah penyuntikkan. Tidak ada data yang cukup untuk direkomendasikan kepada wanita hamil.
• Personal Hygiene
Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara penularan dan faktor resikonya. Kuman S typhi menular melalui jalur oro-fekal, artinya kuman masuk melalui makanan atau minuman yang tercermar oleh feses yang mengandung S typhi. Di negara endemis seperti Indonesia, faktor resikonya antara lain makan makanan yang tidak disiapkan sendiri di rumah (karena tidak terjamin kebersihannya), minum air yang terkontaminasi, kontak dekat dengan penderita tifoid, sanitasi perumahan yang buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Oleh karena itu, pencegahan yang paling sederhana adalah dengan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, menyiapkan makanan sendiri, tidak buang air besar sembarangan (di negara kita masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban sendiri), memasak makanan terlebih dahulu, bijak dalam menggunakan antibiotik.
• Peningkatan Imunitas
Pola makan keluarga menentukan asupan gizi yang dibutuhkan oleh masing- masing anggota keluarga sesuai dengan umur dan aktivitas serta pantangan untuk masing-masing anggota keluarga, dan ini bila ada kasus alergi terhadap makanan.
Olahraga yang rutin dan juga teratur dapat membuat tubuh menjadi sehat, selain makanan yang sehat dan bergizi olahraga juga sangat berpengaruh dalam kesehatan.
• Edukasi
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sumber dan cara penularan penyakit, gejala-gejala dini dan penanganan pertama untuk mencegah kondisi akut. Selain itu juga dapat diadakan acara-acara penyuluhan tentang penyakit typoid ini kepada masyarakat baik tentang penyebaran, gejala-gejala serta cara pencegahan dan pengobatanya.
• Perilaku
Perilaku hidup sehat perlu ditanamkan di diri setiap individu, karena apabila dalam kehidupan sehari-hari perilaku ini sudah diterapkan tentu saja akan terhindar dari berbagai macam penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
http://fkunhas.com/demam-tipus-dan-tipoid-20100804553.htm
http://www.pondokherbalindonesia.com/artikel/41-artikel-kesehatan/98-kenali-a-tanggulangi-typus.html
http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://journals.lww.com/amjmedsci/Citation/1921/01000/On_the_Etiology_of_Typhus_Fever.7.aspx
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/46df7e89064b122bcc01b1d9a565085f579c1606.pdf
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html

Nama : Umy Astari
Nim : E2A009137

FKM
UNDIP