Rabu, 01 Desember 2010

Tugas Epidemiologi KLB

1.Apa saja criteria suatu kejadian penyakit dikatakan wabah atau KLB?
a.Timbulnya penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b.Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus dalam 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c.Peningkatan kejadian penyakit dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
d.Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

2.Apa yang dimaksud dengan herd immunity?
Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah ketahan kelompok atau masyarakat terhadap masuknya dan menyebarnya agen infeksi karena sebagian besar anggota kelompok tersebut memiliki daya tahan terhadap infeksi. Kekebalan kelompok diakibatkan dari menurunya peluang penularan bibit penyakit dari penderita yang terinfeksi kepada orang sehat yang rentan bila sebagian besar anggota kelompok tersebut kebal terhadap penyakit itu.

3.Apa yang seharusnya kita lakukan agar fenomena wabah atau KLB dapat dicegah?
a.Penanggulangan sumber pathogen
•Singkirkan sumber kontaminasi
•Hindarkan orang dari paparan
•Inactivasi atau neutralisasi pathogen
•Isolasi atau obati orang yang terinfeksi
b.Memutus rantai penularan
•Memutus sumber lingkungan
•Penanggulangan transmisi vektor
•Tingkatan sanitasi perorangan
c.Modifikasi respon penjamu
•Imunisasi kelompok rentan
•Pemakaian pencegahan khemoterapy

Jumat, 26 November 2010

TUGAS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI SALATIGA JAWA TENGAH
Pendahuluan
Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.



Pembahasan Surveilans DBD di kota Salatiga

Tahun 2010 baru menginjak bulan ketiga. Tetapi dibandingkan tahun 2009, penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun ini meningkat cukup signifikan. Pada tahun 2009 lalu, ada sekitar 76 kasus DBD dengan penanganan fogging di 22 tempat. Sedangkan pada awal tahun ini , kasus DBD sudah 97 kasus dan fogging 47 kali. Kecamatan Sidorejo masih menduduki peringkat tertinggi terkait banyaknya kasus DBD ini.
Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagi bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemeiologi. Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Manajemen Surveilans

Surveilans mencakup dua fungsi manajemen:
1) fungsi inti;
2) fungsi pendukung.
Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan respons terencana (management type response). Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002).

Langkah-Langkah Pengembangan Surveilans Epidemiologi Berbasis Masyarakat

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
Persiapan
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.

a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.
Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.



c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.
d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.

Mekanisme Kerja surveilans
Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja sebagai berikut :
1.dentifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya
2. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
3. Analisis dan interpretasi data
4. Studi epidemiologi
5. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
6. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut
7. Umpan balik.

Sumber Data surveilens
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :
a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat.
c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
d. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
e. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
f. Data kondisi lingkungan.
g. Laporan wabah
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
j. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya (kepmenkes,2003)

Hasil pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit DBD yang telah dilakukan oleh Dinkes Kota Salatiga belum berjalan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kasus DBD secara signifikan di kota tersebut. Kondisi diatas akan sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan penanggulangan dan pengendalian DBD di Kota Semarang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pelaksanaan surveilans DBD di Kota Semarang dan identifikasi penyebab masalah dalam pelaksanaan surveilans DBD.
System surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan , pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan , laporan mingguan wabah,laporan bulanan program P2DBD, penentuan desa atau kelurahan rawan , mengetahui distribusi kasus DBD/ kasus tersangka DBD per RW/ dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit. (ditjen P2M dan PLP.1992).
Analisis data yang biasa digunakan dalam surveilans DBD meliputi langkah langkah sebagai berikut:
a. Survey,
b. Analisa system,
c. Desain , mengimlementasikan model yang diinginkan pemakai
d. Implementasi , mempresentasikan hasil desain kedalam pemograman
e. Uji coba desain
f. Testing akhir
g. Deskripsi pengoprasian
h. Konversi database
i. Instalasi

Kendala yang dialami selama ini dalam analisis data adalah penyampaian informasi hasil PE oleh Puskesmas ke DKK. Kendala tersebut yaitu keterlambatan penyampaian hasil PE (lebih dari satu minggu). Tindak lanjut dari PE yang dilakukan oleh DKK , yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Laporan kasus DBD seharusnya dilakukan dalam kurun waktu 1x 24 jam, namun pada kenyataannya lebih dari itu. alur pelaporan kasus DBD dimulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan / RS ataupun klinik lainnya kemudian dilanjutkan pelaporan ke puskesmas , dari puskesmas akan diteruskan laporannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Berdasarkan survey kebutuhan dan analisis system terhadap system surveilans dan cara pencatatan dan pelaporan penyakit demam berdarah mulai dari masyarakat , Puskesmas dan kemudian ke Dinas Kesehatan maka sitem yang dikembangkan adalah suatu system informasi surveilans epidemiologi yang bersifat multi user dengan model modular. Adapun model tersebut mencakup modul pemasukan kasus, modul pemasukan pengamatan, modul masukan pengamatan jentik berkala, modul penyelidikan Epidemiologi (PE), modul pencatatan fogging, modul Pokja DBD, modul pemasukan data jumlah penduduk dan modul pelaporan.
Hasil pemasukan data dari modul modul diatas akan menghasilkan laporan laporan yaitu: angka bebas jentik(ABJ), proporsi penyakit DBD per jenis kelamin, proporsi penyakit DBD per golongan umur, laporan House indek, laporan incidency rate DBD, laporan case fatality rate, laporan pelaksanaan PSN, laporan hasil PE dan laporan pelaksanaan fogging.





KESIMPULAN
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Hasil pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit DBD yang telah dilakukan oleh Dinkes Kota Salatiga belum berjalan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kasus DBD di kota Salatiga mulanya 76 kasus menjadi 97 kasus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agushybana F, Cahyadi Tri Purnami, M. Solihuddin. Sistem informasi surveilans demam berdarah dengue (SIS DBD) berbasis web untuk perencanaan, pencegahan dan pemberantsan DBD [online]. [cited 2009 Nov 15]
Available from : http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/desentralisasi6- 80606/MakalahFarid.pdf
2. Daud O. Studi epidemiologi kejadian penyakit demam berdarah dengue dengan pendekatan spatial system informasi geografis di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu [online]. 2008 [cited 2009 Nov 30].
Available from : http://www.scribd.com/doc/16349352/
3. Demam berdarah dengue cara mencegah dan menanggulanginya [online]. 2009 [cited 2009 Nov 25]. Available from :http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/
4. Dirjen P2PL Depkes RI, Panduan Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit, 2003.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia . Nomor 1116 /Menkes /Sk/ Viii/2003
6. Titte K, Adimidjaja, Tri D W, Kristina, Isminah, Leny Wulandari. Kajian masalah kesehatan demam berdarah dengue [online]. [cited 2009 Nov 25] Available
from : http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm

Jumat, 15 Oktober 2010

Epidemiologi dan Peranannya dalam Kesehatan Masyarakat


Pengertian Epidemiologi
          Epidemiologi berasal dari bahasa latin, epos atau epi yang berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau masyarakat. Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular, epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
           Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu bukan merupakan satu-satunya masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh sekelompok manusia atau masyarakat, dalam pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada masalah penyakit menular saja, melainkan meliputi juga penyakit tidak menular serta masalah-masalah kesehatan yang lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, titik berat perhatian epidemiologi tetap ditunjukan pada masalah-masalah penyakit, karena berbagai masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila ada hubungannya dengan penyakit.  Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi, beberapa diantaranya adalah:
  1. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.
 Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi  suatu penyakit.
  1. Brian Mac Mahon ( 1970 )
Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man.
Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.
  1. Gary D. Friedman ( 1974 )
Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
  1. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )
Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.
Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi sudah berkembang pesat sejak zaman Yunani kuno. Ilmu ini sangat berpengaruh besar terhadap perilaku masyarakat guna mencapai tujuan sosial-humanisme. Pencetus epidemiologi adalah sebagai berikut:
  1. Hippocrates, (circa 400 BCE): On Airs, Waters, and Places.
  2. John Graunt (1620-1674): Natural and Political Observations on the Bills of Mortality
  3. James Lind (1716-1794):  A Treatise of the Scurvy in Three Parts
  4. William Farr: Campaigning statistician
  5. John Snow: On the Mode and Communication of Cholera
  6. Joseph Golderberger (1874-1929)
  7. Dari keseluruhan para ahli epidemiologi, John Snow lah yang dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.


Pengertian Pokok yang Dipelajari Epidemiologi :

  1. Frekuensi Masalah Kesehatan
Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses phatologis atau kejadian untuk mengukur besarnya kejadian/ masalah serta untuk melakukan perbandingan. Setiap pengamatan yang sistematis terhadap pola penyakit didalam masyarakat, dimulai dari analisis data sekunder dan primer yang terkumpul.
  1. Penyebab Masalah Kesehatan
Menunjukan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/ variabel orang, tempat dan waktu. Artinya dalam penyelidikan selalu menjawab pertanyaan siapa yang terkena penyakit didalam populasi, kapan, dan dimana penyakit tersebut terjadi. Guna menjawab pertanyaan tersebut mungkin diperlukan perbandingan antara populasi yang berbeda dalam waktu yang sama, antara subgroup didalam suatu populasi, atau antara berbagai periode observasi. Pengetahuan tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pada penyakit serta merumuskan hipotesis tentang kemungkinan factor penyebab atau pencegah.
  1. Faktor Determinan yang Mempengaruhi
Adalah factor yang mempengaruhi, berhubungan atau member resiko terhadap terjadinya penyakit / masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji hipotesis epidemiologi; jadi menunjukan factor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan penyebab munculnya masalah kesehatan.
Prinsip/ Ruang Lingkup Epidemiologi
  1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi 
    Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
  1. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia 
    Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
  1. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan. 
    Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Kegunaan/ Manfaat epidemiologi
Apabila Epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik, akan diperoleh berbagai manfaat yang jika disederhanakan adalah sebagai berikut :
  1. Membantu Pekerjaan Administrasi Kesehatan.
  2. Dapat Menerangkan Penyebab Suatu Masalah Kesehatan.
  3. Dapat Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit.
  4. Dapat Menerangkan Keadaan Suatu Masalah Kesehatan.
Perpaduan ciri ini pada akhirnya menghasilkan 4 ( empat ) Keadaan Masalah Kesehatan yaitu :
  1. EPIDEMI 
    Adalah : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekwensi yang meningkat.
  1. PANDEMI 
    Adalah : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
  1. ENDEMI 
    Adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang frekwensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
  1.  SPORADIK 
    Adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah – ubah menurut perubahan waktu.
Level Epidemiologi 
Epidemiologi dibagi menjadi 2 , yaitu :
  1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi ini bertujuan memberikan gambaran tentang keadaan tertentu. Level epidemiologi deskriptif pada tingkat mengetahui frekuensi dan distribusi suatu penyakit/ masalah kesehatan. Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
  1. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
  1. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
  1. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
  1. Epidemiologi Analitik
Epidemiologi yang bertujuan menguji hipotesis suatu hubungan sebab akibat. Level epidemiologi analitik adalah mempelajari sampai dengan mengetahui factor resiko atau factor-faktor yang berhubungan/ berpengaruh terhadap timbulnya penyakit/masalah kesehatan.
Ada 3 studi tentang epidemiologi ini :
1. Studi Riwayat Kasus (Case History Studies)
Dalam studi ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang yang tidak terkena (kelompok kontrol). 
 
2.Studi Kohort (Kohort Studies)
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak. 
 
3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).
Peranan Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat
  1. Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan/ penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahanya.
  2. Menyiapkan data/ informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelomnpok penduduk yang terancam.
  3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
  4. Mengembangkan metodelogi dalam menganalisis penyakit serta mengatasinya, baik penyakit perorangan (tetapi dianalisis dalam kelompok) maupun Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah dalam masyarakat.
  5. Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
    Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi.
  6. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

Kesimpulan:
  1. Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa sering penyakit dialamioleh suatu kelompok orang yang berbeda dan mencari tahu bagaimana bisa terjadi.
  • Pokok yang Dipelajari Epidemiologi : 

    1. Frekuensi Masalah Kesehatan

    2. Penyebab Masalah Kesehatan 

    3. Faktor Determinan yang Mempengaruhi
  • Prinsip/ Ruang Lingkup Epidemiologi
    1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
    2. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
    3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatn dalam merumuskan  penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan
  • Ilmu ini bermanfaat sebagai informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi strategi-strategi yang telah dilakukan, memberikan petujuk kepada para petugas kesehatan untuk menindaklanjuti perkembangan pasien. Seperti halnya dengan ilmu patologi, epidemiologi juga merupakan cabang ilmu yang integral dan memiliki deskripsi penanganan yang khas.
  • Ruang lingkup epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada masalah penyakit menular saja, melainkan meliputi juga penyakit tidak menular serta masalah-masalah kesehatan yang lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, titik berat perhatian epidemiologi tetap ditunjukan pada masalah-masalah penyakit, karena berbagai masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila ada hubungannya dengan penyakit.


Daftar Pustaka :
    Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi. Jakarta:Binarupa Aksara
    Budiarto, Eko. 2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: AGC
    Kasjono, Heru Subaris. 2008. Intisari Epidemiologi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. 
    Notoatmodjo,   Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Prinsip-Pinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. 
    Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.


Nama: Umy Astari
Mahasiswa FKM UNDIP